5 Pesan Penting KH. Ramdlan Siraj

Artikel

Nuriska. Id – Acara Haul dan Reuni Ikatan Santri Alumni Nurul Islam merupakan salah satu program tahunan yayasan pondok pesantren Nurul Islam, tentu itu bentuk rasa syukur kita kepada Allah SWT. Sebelum menutup acara tersebut, KH. Ramdlan Siraj (Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Islam) menyampaikan beberapa hal kepada para hadirin.

Pertama, Pengasuh turut bertasyakkur kepada Allah SWT sebab hakikatnya yang bertasyakkur kepada Allah ialah para hadirin yaitu Ikatan Santri Alumni Nurul Islam yang mempunyai acara ini. Oleh karena itu, supaya dipahami bahwa yang bersyukur itu yakni para hadirin, maka pengasuh juga turut bersyukur dandengan ucapan _Alhamdulillah Bi Ni’matihi Tatimmu as-Shalihat_. Dengan hadirnya para alumni di samping dengan tujuan yang sama, yaitu _ngecharge_ juga tabarruk bi hadzal makan Al ma’hadiyah.

“Jadi hadirnya panjenengan semua dengan barokah yang diberikan oleh Allah di tempat ini in syaa Allah akan mendapat barokah. Sehingga nanti setelah pulang dari pertemuan ini ada sesuatu yang didapat,” terang beliau.

Kedua, pemahaman para hadirin ini cenderung bersifat sementara sekalipun paham bahasanya. Sehingga tidak ada satu pemahaman yang tersimpan di dalam benaknya. Oleh karena itu, untuk mendapatkan pemahaman agar bisa ditiru dan dicontoh sebagaimana mengutip dari apa yang telah disampaikan oleh KH. Ilyasi agar merasa diri ini tidak minder maka perlu mempunyai rasa _aizzah_, rasa kebanggaan, kemuliaan yang mana bukan untuk kepentingan pribadi namun karena pesantren, dan kepentingan pesantren ini karena agama.

“Agar pesantren yang notabennya sebagai lembaga pendidikan berbasis keagamaan yaitu Islam tidak menjadi lembaga pendidikan yang diremehkan oleh orang, nah inilah yang disebut ta’zizun nafs. إن العزة لله ولرسوله وللمؤمنين” ungkap beliau.

Pengasuh juga menyampaikan bahwa kebanyakan gaya di dalam kebagusan itu bagus. Akan tetapi kebanyakan gaya karena nafsu itu tidak ada artinya. “Jadi KH. Ilyasi itu kebanyakan gaya, kebanyakan gayanya karena pesantren yang merupakan bagian dari risalah Rasulullah SAW”, tegasnya.

Ketiga, karena kita menerima pengajaran berupa pendidikan alias ngaji yaitu supaya menggunakan logika, akal, dan tidak menggunakan perasaan. Istilah logika dalam bahasa al Quran yaitu _fuad_ jamak dari _afidah_ , sementara _qalbun_ jamaknya _qulub_.

Sebagaimana QS. Al-A’raf ayat: 179, Allah SWT berfirman bahwa para penghuni neraka jahannm yaitu orang-orang yang gagal ngaji, gagal mendapatkan ilmu. Ciri orang yang gagal ngaji ialah ia punya hati, logika, dan potensi untuk menangkap serta memahaminya, akan tetapi tidak mampu mengambil pemahaman dengan hatinya. Makanya kita semua jika mengaji dan menerima ilmu seharusnya menggunakan hati yaitu logika. Sebab qulub ini siap mengolah, jadi apa yang didengar apa yang dilihat dapat memberi pengertian dan pemahaman untuk kemudian pemahaman tersebut ditanam di dalam benak menjadi sebuah kesadaran.

Keempat, dalam kehidupan ini jangan kebalik-balik. Untuk urusan agama dan segalah sesuatu yang berkaitan dengan agama diharapakan mampu bersungguh-sungguh. Namun untuk urusan dunia bukan berarti tidak serius akan tetapi mari dilaksanakan sebagaimana mestinya harus tetap diikhtiarkan.

Selanjutnya Putra pertama dari pasangan KH. Moh. Sirajudiin dan Ibu Nyai Hj. Badi’ah Ilyas juga mengajak para hadirin untuk meninggalkan sikap “seolah-olah” dalam kehidupan. Seperti nyantri seolah-olah nyantri, ngaji seolah-olah ngaji, shalat seolah-olah sholat, mengajar seolah-oleh mengajar. Seban semua itu ada hakikat dan subtansinya bukan cuma gaya-gayaan saja.

Selain itu, seorang guru juga perlu muhasabah sehingga di samping mengajar juga harus memperbaiki diri sebab bukan Nabi yang ketika salah langsung ditegur oleh Allah SWT. Oleh karena itu penting juga bagi seorang guru mempunyai kesadaran, walaupun tidak ada yang sempurna namun selalu berusaha untuk mendekati kesempurnaan dan lebih baik menurut ukuran-ukuran syariah.

“Jika tidak muhasabah diri, maka seseorang tidak akan mempunyai upaya-upaya untuk memperbaiki diri. Tidak ada kebaikan yang lebih baik jika ia tidak mau bermuhasabah dan mengevaluasi dirinya,” terangnya.

Kelima, Pengasuh berpesan kepada alumni agar menggali dan menanamkan dalam hati sebagai keyakinan dan sumber kesadaran bahwa keguruan di dalam agama adalah hal yang sangat penting sangat besar. Istilahnya _amrun muhimmun la yahtammu bihi illa Man ahammah_ yaitu perkara penting yang tidak dianggap penting kecuali oleh orang yang mementingkan. Intinya keguruan itu
‎ أمر مهم بالدين بالإسلام

“Petunjuk itu tidak akan dimiliki kecuali dengan ilmu, tidak ada ilmu kecuali dengan belajar, dan tidak ada belajar kecuali dengan guru.
‎لا يكون الهدى إلا بالعلم ولا علم إلا بالتعلم ولا تعلم إلا بالمعلم,” terangnya.

Terkahir, KH. Ramdlan Siraj menutup pertemuan Haul dan Reuni dengan pembacaan doa.

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *