Oleh: Ahmad Fauzul Adhim
Nuriska.id – Kewajiban syariat yang pertama kali diberikan oleh Allah kepada umat Nabi Muhammad Saw. adalah shalat, oleh karenanya amal yang pertama kali akan dihisab kelak di akhirat adalah shalat. Jika shalatnya seseorang sudah baik maka akan baik pula seluruh amal perbuatannya. Perkara ini telah dijamin oleh Allah dalam Q.S. Al-Ankabut : 45
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.”
Menjadi pertanyaan besar jika ada seseorang yang rajin melaksanakan shalat, akan tetapi masih melakukan perbuatan keji dan mungkar. Apakah ayat tersebut benar-benar dapat menjamin orang yang telah melaksanakan shalat akan menjadikan amal perbuatannya baik?
Shalat yang Berkualitas
Apabila menemukan seseorang yang rajin melaksanakan shalat tetapi setelahnya dia tetap melakukan perbuatan keji dan mungkar, bukan berarti ayat Al-Qur’an di atas adalah kesalahan, akan tetapi coba koreksi kembali apakah shalat yang dilaksanakan sudah berkualitas atau belum.
Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin mengatakan “Shalat bisa mencegah dari kemungkaran jika shalat tersebut dilakukan dalam bentuk sesempurna mungkin.”
Jika kita melihat shalat para ulama salaf (terdahulu), maka kita akan menemukan pelaksanaan shalat high class, yang mana ketika mereka sudah masuk dalam shalat, maka segala sesuatu disingkirkan, mereka hanya akan sibuk bermunajat kepada Allah.
Sebagai contoh; Amirul mukminin Umar bin Khattab pernah tertancap anak panah, jika anak panah tersebut dicabut, maka akan menimbulkan sakit yang luar biasa. Kemudian Umar meminta agar anak panah tersebut dicabut saat beliau sedang shalat. Benar saja, ketika beliau shalat dan anak panah dicabut, beliau tidak sedikitpun bergeming dan tetap sibuk bermunajat kepada Allah.
Dalam sejarah, kita juga tahu bahwa Umar bin Khattab dibunuh oleh Abu Lu’lu al-Majusi saat beliau sedang menjadi imam shalat. Abu Lu’lu al-Majusi mampu menerobos shaf belakang hingga akhirnya sampai ke tempat imam dan menikam umar saat semua sahabat yang shalat sibuk bermunajat kepada Allah, dan tidak memikirkan yang lain.
Dalam riwayat lain, Habib Umar bin Hafidz pernah menceritakan kisah tentang Sayyidina Urwah bin Mas’ud yang pernah menderita sebuah penyakit yang menggerogoti sebagian tubuhnya dan mengharuskan kakinya diamputasi. Sahabat Urwah meminta dokter agar mengamputasi kakinya saat beliau sedang melaksanakan shalat.
Kisah yang juga sangat masyhur adalah ketika Sayyid Ali Zainal Abidin melaksanakan shalat, atap rumahnya runtuh, sampai bajunya sobek, dan rumahnya terbakar beliau tetap tidak sadar, karena sedang asik bercengkrama dengan Allah.
Bahkan dalam satu riwayat yang dikisahkan oleh Gus Baha’ pada salah satu pengajiannya, bahwa ketika Rasululullah sedang melaksanakan shalat, shaf shalat yang paling belakang bisa mendengar dentuman dada Nabi seperti air yang mendidih sebab rasa takutnya kepada Allah sampai beliau hampir pingsan.
Inilah contoh sholat high class, shalat yang berkualitas. Apabila seseorang bisa melaksanakan shalat semacam ini, tentu kita akan menemukan bukti yang nyata dari firman Allah dalam surat Al-Ankabut : 45.
Semoga kita dapat meneladani dan meniru shalat yang sangat berkualitas dari para ulama-ulama terdahulu.