Oleh : MOH. TAZAM, S.Pd
Guru Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan SMK Nurul Islam
Dalam konteks historis, ditemukan bukti bahwa kemajuan suatu bangsa di dunia sangat ditentukan oleh pembangunan di bidang pendidikan. Hal ini in line denga napa yang dikemukakan oleh Lodge, yang menyebutkan bahwa, “Life is education is life. Kehidupan adalah pendidikan dan pendidikan adalah kehidupan”. Demikian itu, mengartikan antara kehidupan dengan pendidikan hampir tidak dapat dibedakan.
Ukuran dalam sebuah keberhasilan pada implementasi kurikulum sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru yang akan menerapkan dan mengaktualisasi kurikulum tersebut. Kemampuan guru tersebut terutama berkaitan dengan pengetahuan dan kemampuan, serta tugas yang dibebankan kepadanya.
Sehubungan dengan paragraph sebelumnya di atas, bahwa guru dalam konteks pendidikan mempunyai peranan yang besar dan strategis. Menurut Janawi (2011:1) menyatakan bahwa,”Guru adalah sosok yang langsung berhadapan dengan peserta didik dalam mentransformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, sekaligus mendidik putra bangsa dengan nilai-nilai kontruktif”. Dalam mengorganisasikan pembelajaran, guru harus mampu merencanakan atau merancang proses pembelajaran dengan baik. ”Guru tidak boleh mengabaikan beberapa komponen penting dalam proses pembelajaran” (Murdiono, 2012:21).
Selain itu, komponen penting lainnya tersebut salah satunya adalah model pembelajaran. Model pembelajaran suatu rencana yang disusun oleh guru secara sistematis untuk mereancang pembelajaran di kelas agas proses pembelajaran berjalan dengan baik. Kenyataan yang terjadi di lapangan saat ini, guru-guru dalam proses pembelajaran khususnya PKn di sekolah menengah pertama masih menggunakan model pembelajaran konvensional. Model pembelajaran ini cenderung lebih banyak melakukan ceramah sehingga guru masih berperan penuh sebagai sumber informasi (teacher centered).
Kemampuan berpikir kritis merupakan suatu proses yang jelas dan terorgansasi dalam kegiatan mental seperti pemecahan masalah, pemberian keputusan, meyakinkan dan menganalisis. Di sisi lain untuk mengoptimalkan kemampuan berpikir kritis pada siswa dalam pembelajaran, seorang guru harus mampu memilih dan mengembangkan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran. Model pembelajaran yang dikembangkan oleh guru hendaknya lebih berpusat kepada siswa (student centered) khususnya untuk kemampuan berpikir kritis. Berkaitan dengan hal tersebut, maka guru harus memilih model pembelajaran yang tepat agar bisa mengembangkan dan melatih kemampuan berpikir kritis dalam mata pelajaran PKn. Model pembelajaran yang dipilih guru juga harus memfasilitasi siswa untuk diberikan permasalahan-permasalahan sehingga terjadinya proses berpikir kritis.
Salah satu upaya dalam mengatasi permasalahan tersebut maka digunakan upaya pemilihan model yang tepat dengan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT). Model Numbered Head Together (NHT) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif. “Pembelajaran kooperatif (cooperative learning), merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama antarsiswa untuk mencapai tujuan pembelajaran” (Suyanto, 2012:163).
Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) dimana siswa akan dibagi menjadi 3-5 orang dengan ciri khas menggunakan kepala bernomor pada proses pembelajarannya. Masing-masing kelompok mendapatkan pertanyaan untuk dipecahkan di dalam kelompok tersebut, sehingga masing-masing anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama. Strategi pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
Dengan menggunakan penomoran pada masing-masing individu siswa maka semua siswa wajib mengetahui apa yang dibahas dalam pembelajaran di kelas dan secara tidak langsung siswa akan aktif serta mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya. Serta pembelajaran menjadi berpusat pada siswa (student centered) yaitu dengan mempelajari materi pelajaran dan berdiskusi untuk memecahkan masalah.