SUMENEP, nuriska.id_Pelaksanaan haul akbar dan reuni alumni Pondok Pesantren Nurul Islam, Desa Karangcempaka, Kecamatan Bluto, Sumenep, Jawa Timur berlangsung khidmat di halaman mesjid setempat, Sabtu pagi hingga siang hari, (06/07/2019).
Acara diawali dengan fatihah dan tahlil bersama dipimpin Kyai Ach. Riafa’ie dan KH. Imam Hasyim Ali dikhususkan kepada para muassis, alumni dan simpatisan Pondok Pesantren Nurul Islam yang telah mendahului, dimaksudkan sebagai hadiah atas jasa-jasa baiknya. Demikian disampaikan ketua IKSANI, Maulidi Albayyan dalam sambutannya.
Ia mengajak para alumni tetap menjaga nilai-nilai kesantrian, menghormati para kyai dan guru sebab merekalah yang telah mendidik dan mengajari ilmu pengetahuan dan keagamaan.
“Saya sadar bahwa kyai adalah manusia biasa yang tidak lepas dari salah dan dosa, tapi saya sadar pula bahwa beliau adalah orang yang mulia baik di dunia maupun di akhirat karena ilmunya. Apakah kita akan tidak hormat lagi kepada gurunya karena kita sebagai santri alumni sudah merasa lebih pintar dan hebat dari gurunya. Saya berharap agar santri alumni harus tetap hormat kepada kyai dan para guru yang telah mendidik sekecil apapun ilmu yang telah kita terima”, ujarnya dengan nada mengajak.
Tempat belajar dulu, kata Maulidi, sungguh mengenaskan, bambu rapuh dan sempoyongan beda dengan sekarang, lihat kanan kiri pembangunan penuh mentereng.
“Tapi persoalan ta’dhim kepada kyai dan guru kita jangan main-main. Harus tetap sami’na wa atha’na”. Imbuhnya.
KH. Moh. Ramdhan Siraj, ketua dewan pengasuh pondok pesantren Nurul Islam mengajak kepada alumni supaya tetap menjaga hati agar selalu suci karena apabila hati suci maka hal-hal perwujudan yang keluar dari raga akan menjadi indah dan baik pula.
“Yang muncul dari raga disebabkan hati bening adalah akhlaq mulia dan perilaku penuh kebaikan”, katanya.
Selanjutnya, kata beliau, pertemuan atau reuni ini adalah bentuk pengakuan bahwa kita pernah nyantri di Nurul Islam. Perlu berkumpul di pondok pesantren. Maka seyogyanya spritualitas santri harus tetap ditingkatkan.
“Nah, sisi spritualitas ini dapat diperkuat dengan dzikir dan doa”, ujarnya.
Santri yang sudah bermasyarakat, tambahnya, jangan pernah berpikir apa yang akan disumbangkan kepada pondok pesantren. Dengan berbuat baik dan tidak mencemarkan nama baik pondok pesantren itu sudah cukup apalagi sampai bermanfaat kepada ummat. (Fik)