REFLEKSI HARI KARTINI ; SANTRIWATI DAN KARTINI DALAM PEMBAHARUAN KEHIDUPAN

Karya Ilmiah

Nuriska.id – Sudah hal ihwal yang menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia untuk mengucapkan selamat hari kartini tepat pada tanggal 21 April dengan semboyannya “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Kartini adalah cucu dari Pangeran Ario Tjondronegoro, Bupati Demak yang cenderung akan kemajuan. Beliau lahir pada 21 April 1879 (28 Rabiul Akhir 1808 H) di Mayong, Afdeling, Jepara. (R. A Kartini, Terj. Armijn Pane, Cet. 27, 2009 ; 2-3). Kartini merupakan sosok perempuan yang senang dan suka akan belajar dan membaca buku, hal tersebut tidak lepas dari peran orang tuanya yang suka akan kemajuan. Secara umum, kondisi itulah yang mengakibatkan kartini tumbuh menjadi sosok perempuan yang menginspirasi bagi kalangan perempuan lainnya pada waktu itu dan hingga saat ini.

Kartini hidup dalam adat istiadat yang sangat mendiskreditkan posisi perempuan, seperti tiada boleh berpelajaran dan tidak boleh bekerja di luar rumah, menduduki jabatan di masyarakat, tidak boleh mempunyai kemauan yang tinggi dan harus tunduk pada orang tua (dikawinkan), artinya posisi wanita pada waktu itu ialah mengurus rumah tangga dan mendidik anak ( R. A Kartini, Terj. Armijn Pane, Cet. 27, 2009 ; 9-11) Akan tetapi, Kartini yang sudah mendapat didikan juga dari bangsa (pengajaran) barat serta motivasi dirinya akan kemajuan serta tidak suka melihat penderitaan orang lain membuat Ia selalu memperjuangkan posisi perempuan yang harus ikut berperan juga dalam dimensi masyarakat yaitu bersifat pembaharuan.

Semangat yang dibawa kartini melalui pikiran serta perenungan yang ditulis dalam bentuk surat-surat bukanlah untuk dirinya sendiri melainkan untuk perempuan di waktu itu. Kartini merupakan sosok pembaharuan bagi kalangan perempuan, akan tetapi sifat beliau yang berapi-api tentunya tidak selalu demikian melainkan Ia masih saja menyimpannya rapat-rapat ketika cita-citanya dibenturkan dengan kondisi yang tidak mendukungnya. Beliau hanya menunggu waktu yang tepat untuk mewujudkan cita-cita yang masih belum terealisasi tersebut. Beliau sangatlah tidak suka melihat posisi perempuan yang hanya diberikan tugas untuk mengurus rumah tangga saja (tanpa diberi pendidikan dan pengajaran). Bagi beliau dengan pendidikan serta pengetahuan yang progresif akan mampu menggapai hidup yang cemerlang di masa depan.

Santriwati
Santriwati merupakan sebutan bagi perempuan yang berdomisili di pesantren (yang mengikuti seluruh kegiatan di pesantren). Di pesantren, santriwati dibekali pelbagai pengetahuan untuk bekal masa depannya baik pengetahuan agama, sosial, ekonomi, life style, dsb. Rangkaian kegiatan yang ada di pesantren tentunya padat dan harus mereka lalui dengan baik dan tabah. Rangkaian aktifitas tersebut tujuannya ialah untuk membentuk kepribadian serta mempersiapkan masa depan mereka.

Santriwati (pesantren) tentunya sudah bukan menjadi rahasia bahwa mereka pasti akan mempunyai bekal ilmu ilmu agama yang banyak. Hal ini dikarenakan pesantren identik dengan nilai-nilai keagamaan (islam). Artinya santriwati haruslah dapat menjalani dan melalui proses yang sudah ada dengan sabar dan percaya diri bahwa ketika ia mampu menjalaninya dengan tepat, maka meraih masa depan akan lebih mudah.

Seiring dengan perkembangan zaman, pesantren tidak hanya mempersiapkan kebutuhan keagamaan melainkan penyesuaian dengan zaman dilakukan untuk mengatasi perkembangan yang ada. Sehingga dikenal juga dengan istilah pesantren modern yang mengajarkan segala pengatahuan yang dibutuhkan di era modern semisal, Jurnalistik, Presenter, Reporter, Media Online, dll. Tentunya Bagi santriwati sangatlah dilarang bersikap antipati terhadap setiap pengetahuan yang diajarkan di pesantren.

Tantangan Santriwati di era modern ini
Tentunya setiap masa pasti mengalami tantangan yang berbeda, seperti contoh di kehidupan era Kartini dibenturkan dengan adat istiadat yang sangat mendiskreditkan posisi wanita. Sementara di era modern ini, dengan posisi perempuan yang diberikan ruang untuk berkreasi tentunya masih memiliki tantangan yang harus diatasi. Tantangan ini kami sebut dengan Teknologi (media sosial dan teman-temannya). Sebagaimana dikutip dari I Gede Ratnaya dalam Artikelnya yang berjudul “ Dampak Negatif Perkembangan Tekhnologi Informatika dan Komunikasi Dan Cara Antisipasinya “ di Jurnal Pendidikan dan Tekhnologi dan Kejuruan Univ Pendidikan Ganesha diejalaskan bahwa Dampak negatif tersebut muncul sebagai akibat dari penggunaan yang salah atau tidak bertanggung jawab dari yang menggunakan. Beberapa dampak negatif tersebut adalah 1). Anak lebih banyak menghabiskan waktu menonton TV ketimbang melakukan hal lainnya (seperti belajar dan olah raga), 2). Anak kehilangan kemampuan berbaur dengan masyarakat dan cenderung nyaman dengan kehidupan online, 3) Adanya pelanggaran hak cipta, 4). Kejahatan di internet, 5). Penyebaran virus komputer, dan 6). Pornografi, perjudian, penipuan, tayangan kekerasan.

Santriwati dan Kartini
Santriwati tentunya harus mencontoh semangat dan cita-cita Kartini yang sangat mendukung akan kemajuan. Kartini yang mengalami masalah dengan posisi perempuan pada waktu itu. Sementara santriwati saat ini haruslah mampu mengatasi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang ada dengan cermat dan teliti. Di benak santriwati terdapat masa depan yang cerah untuk masyarakat, bangsa dan negara. Santriwati tidak boleh menjadi budak dari perkembangan teknologi melainkan harus menjadi tokoh utama yang nantinya santriwati dapat dikenal kebaikan, dan hal baik lainnya mengenai dirinya dari perkembangan teknologi tersebut.

Santriwati haruslah juga mencontoh semangat Kartini dalam belajar dan membaca buku karena akan membantu mengembangkan cakrawala berpikir yang terbuka. Tentunya sudah tidak asing lagi pepatah lama mengatakan bahwa buku adalah jendela dunia artinya dengan membaca buku maka kita akan mudah mengetahui dan bisa menguasai dunia. Santriwati janganlah mudah baperan ketika cita-cita atau semangatnya tidak sesuai dengan keadaan yang mencakupinya, contohlah Kartini yang memilih sabar dan menunggu waktu yang tepat untuk mewujudkan cita-cita itu menjadi nyata. Santriwati merupakan salah satu sosok yang mampu untuk memberikan pembaharuan dalam kehidupan manusia.

DAFTAR RUJUKAN
R. A Kartini, Terj. Armijn Pane, , Habislah Gelap Terbitlah Terang, Cet. 27, (Jakarta; Balai Pustaka; 2009)
Artikel I Gede Ratnaya “ Dampak Negatif Perkembangan Tekhnologi Informatika dan Komunikasi Dan Cara Antisipasinya “ di Jurnal Pendidikan dan Tekhnologi dan Kejuruan Univ Pendidikan Ganesha

Oleh : Moh Aristo Sadewa (Santri Nurul Islam dan Kontributor nuriska.id)


Link Video : Ucapan Selamat Hari Kartini dari Santri Nurul Islam

Bagikan