Oleh : Hilmanul Hukama'
17 Agustus 2020
Wangi bulan
Berselang wangi-wangi dupa
Menyerbak di tiap sudut perasaan
Tangisan kenangan nan menggembirakan
Lumut surga yang turun menjadi bubuk
Diatas tanah berdaging darah
Yang menjadi batu-batu karang
Menjepit bulan-bulan
Kini neraka berhak menjadi tempat pulang
Dindingnya yang mendidih
Pagarnya yang menjulang api
Kenyang menikmati ratapan perih penghuninya
Apakah malaikat hendak turun saat rumah kita kian perih?
Seperti perang di daratan itu
Saat bantuan dari surga membawa burung-burung neraka
Menjatuhkan batu dari api-api sempurna
Selama dihadapkan pada matahari
Tiap tahun manusia indonesia menghadap matahari
Menghormat merah putih
Untuk berdamai dengan letih
Kini telah lama mereka merdeka
Matahari kian lalu menjadi saksi belaka
Bahwa semakin hari indonesia lupa
Bahwa tanah dagingnya kini telah tua
Malam berbubuh surga
Tanah tetes surga berusuk neraka
Dewi-dewi pijakkan kakinya pada indonesia
Garuda memandang keserakahan menjamurinya
Kini kita bahagia
Esok kita menderita
Kelak kita lupa
Indonesia, sudahkah kita merdeka?