Nuriska.Id – Masyarakat mengenalnya Nurul Islam Karangcempaka, karena terletak di desa Karangcempaka, Bluto Sumenep Jawa Timur. Sebuah desa yang jauh dari kebisingan bunyi kenalpot, hiruk pikuk bunyi mesin pabrik dan bermasyarakat toleran membuat para santrinya nyaman belajar, fokus mengaji serta cepat kerasan.
Akses menuju desa yang di tempati Pondok Pesantren Nurul Islam tidaklah sulit, jarak ke Kecamatan Bluto berkisar 4 kilometer sementara ke pusat kota Sumenep 17 kilometer atau klik di google Ponpes Nurul Islam atau desa Karangcempaka, pasti terdeteksi.
Pesantren ini didirikan oleh alm. KH. Moh. Sirajuddin tahun 1948. Cikal bakalnya dari sebuah mushalla gedek. Pesantren Nurul Islam berpaham ahlus sunnah an-Nahdliyah, mengajarkan kitab turots dan kepada santrinya mengutamakan fasih membaca Alquran serta berakhlqul karimah.
Baca Juga : Informasi Penerimaan Santri Baru Nurul Islam 2022
Sampai saat ini, Nurul Islam yang dihuni sekitar 900 santri tetap mempertahankan ruh kepesantrenan dan sunnah-sunnah kesantrian. Hanya dibedakan dengan tampilan fisik serta fasilitasnya.
Pondok pesantren yang diasuh oleh KH. Moh. Ramdhan Siraj saudara tertua dan KH. Ilyas Siraj sebagai ketua Yayasan menampilkan panorama keindahan, asri, eksotis dan serba elektronik mampu memukau tamu, wali santri dan mereka yang sekadar melintas di jalan KH. Moh. Sirajuddin no 3 desa Karangcempaka.
Nurul Islam sekarang
Tidak usah dibayangkan, datang saja ke Nurul Islam, kita akan disuguhi tampilan puluhan lampu yang menyinari setiap sudut pesantren, Videotron serta Running text digital.
Setiap acara yang diselenggarakan oleh Nuriska official selalu memukau tamu dengan inovasi setiap tahunnya, tampilan acara yang memadukan perkembangan digital dan audio yg menakjubkan sehingga membuatnya tak kalah dengan acara-acara top di televisi.
Jalan masuk ponpes Nurul Islam, terpajang videotron ukuran sedang menampilkan aktivitas santri. Apalagi memasuki kompleks Nuru Islam.
Jika siang hari ke Nurul Islam, akan melihat tanaman bunga-bunga dijajar rapi, indah dan tentunya bersih. Pengasuh berkomitmen menjadikan pesantren ini bersih sehingga tak ada lagi kesan kumuh. Kalimat motivasi dan lainnya tidak menggunakan manual tapi running text di berbagai sudut area. Sementara videotron mulai ukuran kecil, sedang dan besar tampak inspiratif dengan animasi segar dan selalu baru. Malam hari begitu sempurna keindahan ponpes Nurul Islam. Running text, videotron dan cahaya lampu yang merata di setiap sudut seolah kita berada di sebuah taman bunga, tepatnya taman ilmu pengetahuan keagamaan.
Daftar Online Santri Baru Nurul Islam 2022 pada link psb.nuriska.id
CCTV diberbagai tempat strategis siap mengintip siapa saja pencari ilmu di Nuru Islam yang istiqamah, bahkan di ruang kelaspun disediakan full AC. Santri nyaman belajar, gurupun demikian.
Selain itu, Nurul Islam melangkah melampaui ruang dan zaman, bermain-main di ruang-ruang digital dengan tidak meninggalkan original kepesantrenan. Sebut saja, nuriska.id membawahi tim information and technology (IT) nuriska, web nuriska.id, istagram nuriska.id, FB Nuriska ID dan YouTube Nuriska ID.. Semua dimaksudkan sebagai ladang berkhidmat lebih manfaat bagi penikmat ilmu agama dengan konten-konten yang bisa dipertanggungjawabkan secara akademik kepesantrenan.
Siapa penggeraknya?
KH. Ilyas Siraj, – kalau boleh dikata – gelisah dengan kondisi pesantren yang selalu dilabeli ‘gagap’ dan ‘kumuh’, pada akhirnya harus keluar dari kegelisahan itu dengan performa kekinian.
Yaitu pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia harus mampu berkamuflase menjadi pesantren yang responsif, produktif dan konstruktif di ruang digitalisasi sebagai transformasi ilmu pengetahuan keagamaan.
KH. Ilyas Siraj, hemat penulis, telah melahirkan pesantren bersih, asri dan digitalisasi seperti penulis paparkan di atas yang dioperasikan oleh santri-santrinya.
Santri yang bukan lulusan IT tapi mampu mengoperasikan berbagai IT yang bernilai ratusan juta rupiah. Santri hebat, Indonesia bermartabat.
Tidak berlebihan, penulis menyebut, Nurul Islam Karangcempaka adalah pesantren digital, karena pesantren lain khususnya di Madura belum melangkah apalagi menggarap ke ranah full digitalisasi. Wallahu ‘alam.